Syariah sebagai Panduan Fundamental dalam Bisnis
Ditulis oleh Baiduri — 06 Nov 2025
Bisnis dalam pandangan Islam bukan sekadar aktivitas ekonomi untuk mencari keuntungan, tetapi bagian dari sistem kehidupan yang diatur oleh syariah. Prinsip-prinsip syariah bukan dimaksudkan untuk membatasi kreativitas atau keuntungan, melainkan untuk memastikan bahwa setiap aktivitas ekonomi berlangsung secara adil, bersih, dan menyejahterakan semua pihak.
1. Karena Syariah Menjamin Keberkahan dan Keberlanjutan
Sistem bisnis yang sesuai syariah menolak praktik yang merusak — seperti riba, penipuan, eksploitasi, dan ketidakjelasan (gharar). Ketika transaksi dilakukan dengan kejujuran dan keterbukaan, bisnis tumbuh secara sehat. Keuntungan yang diperoleh bukan hanya sah secara hukum, tetapi juga membawa keberkahan: hasilnya bertahan lebih lama, memberi ketenangan, dan tidak menimbulkan kerugian bagi pihak lain.
Bisnis syariah tidak hanya mengejar besar angka, tetapi juga ketenangan dari cara mendapatkannya.
2. Karena Syariah Melindungi Semua Pihak dalam Transaksi
Setiap aturan syariah dalam bisnis bertujuan melindungi hak pembeli, penjual, mitra, dan pekerja. Dengan menegakkan prinsip keadilan dan kerelaan bersama (‘an tarāḍin minkum), syariah mencegah lahirnya pihak yang tertipu atau dirugikan. Dalam sistem ini, keuntungan satu pihak tidak lahir dari kerugian pihak lain, melainkan dari nilai nyata yang diciptakan.
Dengan kata lain, bisnis syariah adalah sistem tanpa pihak yang dikorbankan.
3. Karena Syariah Membangun Kepercayaan dan Reputasi Jangka Panjang
Dalam pasar yang semakin sensitif terhadap isu etika, prinsip syariah justru memberi keunggulan kompetitif. Bisnis yang menjunjung nilai kejujuran, transparansi, dan keadilan akan lebih dipercaya oleh pelanggan dan mitra. Reputasi seperti ini tidak bisa dibeli dengan promosi — ia dibangun melalui konsistensi mematuhi prinsip yang benar.
Kepercayaan pasar adalah modal yang paling mahal, dan syariah menjaganya dengan sangat ketat.
4. Karena Syariah Menghubungkan Profit dengan Nilai
Syariah tidak menolak keuntungan; justru ia menuntun cara mencapainya agar selaras dengan nilai kemanusiaan dan keadilan. Dalam kerangka syariah, bisnis boleh besar, boleh ambisius, tetapi tidak boleh melanggar prinsip yang merugikan orang lain atau menimbulkan ketimpangan. Inilah yang membedakan “bisnis yang benar” dari “bisnis yang sekadar menghasilkan uang.”
Syariah bukan penghambat keuntungan — ia penjaga agar keuntungan itu benar-benar bernilai.
5. Karena Syariah Menyatukan Dunia dan Akhirat
Pada akhirnya, bisnis yang dijalankan sesuai syariah tidak hanya menguntungkan secara materi, tetapi juga menjadi bentuk ketaatan kepada Allah. Setiap keuntungan yang diperoleh menjadi ibadah, setiap transaksi menjadi amal, dan setiap keputusan bisnis bernilai pahala. Inilah bentuk tertinggi dari keberhasilan: untung di dunia, tenang di akhirat.
Kesimpulan:
Bisnis yang sesuai syariah adalah bisnis yang menguntungkan, adil, dan bermartabat. Ia melahirkan kepercayaan, menjaga keseimbangan, dan memastikan bahwa keuntungan tidak dibangun di atas kerugian orang lain. Dengan mengikuti syariah, bisnis tidak hanya menjadi mesin ekonomi, tetapi juga sarana menuju kehidupan yang lebih bersih, stabil, dan bermakna.